BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah
perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, Asuhan kebidanan pada neonatus,bayi
dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,bayi
dan balita. Neonatus bayi dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan
yang dapat menyebabkan gangguan pada neonates, bayi dan balita apabila tidak
diberikan asuhan yang tepat dan benar.
Ruang lingkup Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita meliputi tujuh aspek yaitu Asuhan pada Bayi Baru Lahir
Normal, Bayi Baru Lahir Bermasalah, Kelainan- kelainan pada Bayi Baru Lahir,
Trauma pada Bayi Baru Lahir, Neonatus, Bayi dan Balita dengan Penyakit yang
Lazim Terjadi, Neonatus Beresiko Tinggi, dan Kegawatdaruratan. Sebagai seorang
Bidan kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik
yang normal maupun yang mengalami kelainan (masalah).
Dalam makalah ini akan
di bahas mengenai masalah yang lazim Terjadi pada bayi baru lahir,Neonatus
Beresiko Tinggi dan Kegawatdaruratan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui tentang macam-macam penyakit yang lazim
terjadi pada bayi baru lahir, neonatus yang beresiko tinggi dan
kegawatdaruratan, mulai dari pengertian,
penyeban dan penatalaksanaannya. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan para
mahasiswa DIII Kebidanan dapat mengerti dan mampu menangani masalah-masalah tersebut bila kelak terjun ke
lapangan.
C. Manfaat
1.
Dapat
mengetahui kondisi-kondisi neonatus beresiko tinggi
2.
Dapat
mengetahui tehnik-tehnik dalam menghadapi kegawat daruratan
3.
Dapat
mengetahui penyakit yang lazim terjadi pada neonatus, bayi dan anak balita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Neonatus
Beresiko Tinggi
Berikut adalah
kondisi-kondisi yang menjadikan neonates beresiko tinggi :
1.
Asfiksia Neonatorum
a)
Defenisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya.
b)
Pembagian
serta tanda dan gejala
1)
Asfiksia
berat,bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan reusitasi
aktif dengan segera,tanda dan gejala
·
Frekuensi
jantung kecil yaitu < 40 kali permenit
·
Tidak
ada usaha nafas
·
Tonus
ototo lemah bahkan hampir tidak ada
·
Bayi
tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
·
Bayi
tampak pucat bahkan berwarna kelabu
·
Terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2)
Asfiksia
sedang,tanda dan gejala yang muncul
·
Frekuensi
jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
·
Usaha
napas lambat
·
Tonus
otot biasanya dalam keadaan baik
·
Bayi
masih bisa bereaksi
·
Bayi
tampak sianosis
·
Tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermaknaselama proses persalinan
3)
Asfiksia
ringan,tanda dan gejala yang sering muncul
·
Takipnea
dengan nafas lebih dari 60 kali permenit
·
Bayi
tampak sianosis
·
Adanya
retraksi sela iga
·
Bayi
merintih
·
Adanya
pernafasan cuping hidung
·
Bayi
kurang aktivis
c)
Penbagian
penyebab kegagaln pernapasan
·
Pada
janin, kegagalan bernafas disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut
ü Gangguan sirkulasidari ibu kejanin.diantaranya disebabkan
oleh hal berikut
§
Gangguan
aliran pada tali pusat,hal ini berhubungan dengan adanya lilitan tali pusa,
simpul pada tali pusat, tekanna yang kuat pada tali pusat, ketuban yang telah
pecah yang menyebabakan tali isat menumbung dan kehamilan lebih bulan
§
Adanya
pengaruh obat
ü Faktor dari ibu selama kehamilan
§
Gangguan
his, misalnya karena atenia uteri yang dapat menyebabkan hipertoni
§
Adanya
pendarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat menyebabkan
turunnya tekanna darah secara mendadak
§
Vasokonstraksi
arterial pada kasus hiprtensikehamilan dan preeklampsia dan eklampsia
§
Kasus
solusio plasentayang dapat menyebabkan pertukaran gas
·
Menurut
towel asfiksia oleh beberapa faktor, yakni faktor ibu, plasenta, fteus, dan
neonatus
ü Ibu,pabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga kan
mengalami hipoksia yang dapat berkelanjtan menjadi asfiksia dan komplikasi lain
ü Plasenta, pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi
oleh luasdan kondisi plasenta.misalnya soluso plasenta, pendrahan plasenta, dll
ü Fetus, kompresi umblikus dan dapat mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umblikus dan menghambat
pertukaran gas anatara ibu dan janin
ü Neonatus, depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir
dpat terjadi karena beberapa hal.
§
Pemakaian
anastesi yang berlebihan pada ibu
§
Trauma
yang terjadi selama persalinan
§
Kelainan
konginetal pada bayi
d)
Penatalaksanaan
Bersihkan
jalan nafas denga pengisap lendir dan kasa steril,potong tali pusat dengan
tehnik seftik dan antiseptik,segera keringkan tubuh bayi dengan handukyang
bersih dan hangat,nilai status pernapasan.
2.
Perdarahan Tali Pusat
a) defenisi
perdarahan
yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pengikatan tali pusat
yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan thrombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bias sebagai petunjuk adanya penyakit pada
bayi.
b)
Etiologi
·
Robekan
umbilikus normal
ü
Adanya
traumaatau liltan tali pusat
ü
Kelalaian
penolong persalianan
·
Rob
ekan umblikus abnormal
ü
Adanya
hematoma pada umblikus
ü
Vaises
juga dapat menyebabkan pendarahan
ü
Aneurismepembuluh
darah pada umblikus
·
Robekan
pembuluh darah abnormal
·
Pendarahan
akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
c)
Penatalaksanaan
·
Penanganan
disesuaikan dengan penyebabperdarahan tali pusat yang terjadi
·
Penanganan
awal,harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat
·
Segera
lakukan informed cosent
3.
Kejang Neonatus
Kejang
neonates bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala penting akan
adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf
pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak,
sedangkan sebab sekunder adalah gangguan metabolic atau penyakit lain seperti
penyakit infeksi.
Di Negara berkembang, kejang pada neonatus
sering disebabkan oleh trauma
neonatorum,sepsis,meningitis,ensefalitis,perdarahan otak,dan cacat bawaan.penyebab kejang pada neonatus,baik primer maupun sekunder
umumnya berkaitan erat dengan kondisi bayi didalam kandungan dan saat proses persalinan serta masa-msa
bayi baru lahir.kejang pada bayi baru lahir kurang bisa dikenal karena
bentuknya berbeda dengan kejangpada orang dewasa atau anak.beberapa hal yang
mungkin merupakan faktor penyebab kejang adalah sebagai berikut
a)
Komplikasi
pada saat kehamilan dan kelahiran
b)
Kelainan
metabolisme seperti hipoglikemis,hipokalesmia, hipomagnesemia
B.
Kegawatdaruratan
1.
Prinsip dasar kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan
dapat terjadi dengan tiba-tiba, dimana saja, dan kapan saja. Sebagai contoh
kondisi bayi yang tiba-tiba menjadi lemas, tidak bernapas, menangis melengking,
suhunya berubah menjadi panas atau dingin, tidak mau minum, mulut mencucu,
kejang, terjatuh atau terluka, tersedak dan lain-lain.
2.
Menghindari kegawatan
Sebagian
besar kegawatan bisa dihindari dengan cara :
a. Memberikan
profilaksis/perencanaan yang saksama
b. Mengikuti
petunjuk-petunjuk klinis
c. Memantau
kegawatan dengan seksama
3.
Reaksi terhadap kegawatan
a. Perlu
tata laksana secara benar dan efektif sampai rujukan
b. Beri
reaksi yang positif dan efektif
c. Beri
pelatihan-pelatihan/pesan kepada orang tua atau keluarga
d. Perlu
diinformasikan pada keluarga mengenai sebab, akibat, penanganan yang akan
dilakukan, kegunaan obat, cara pemberian, dan efek samping
e. Peralatan
gawatdarurat.
4.
Penanganan awal
a. Tetap
tenang
b. Berpikir
secara logis
c. Pusatkan
perhatian pada kebutuhan bayi
d. Jangan
tinggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga
e. Ambillah
tanggung jawab, hindari kebingungan dengan menugaskan seseorang sebagai
penanggung jawab
f. Segera
cari pertolongan! Salah atu penolong mencari pertolongan atau bantuan orang
lain untuk mengambilkan alat atau obat atau O2
g. Jika
bayi tak bernapas segera kaji ABC(airway,breathing,circulation) lalu jika
ditemukan kejang, maka segera cari tahu penyebabnya.
h. Jika
terjadi syok, segera lakukan penatalaksanaan syok
i.
Posisikan anak sesuai dengan
kebutuhannya
j.
Bicaralah dengan keluarga dan bantu agar
keluarga tetap tenang
k. Tanyakan
apa yang terjadi (kronologis kejadian dan riwayat penyakit)
l.
Lakukan pemeriksaan secara cepat lalu
segera lakukan penatalaksanaan kegawatan.
C.
Neonatus,Bayi
dan Balita dengan Penyakit yang Lazim Terjadi
1. Bercak
Mongol
a) Defenisi
Bercak Mongol adalah
bercak datar normal yang berwarna biru-kehitaman yang biasanya terlihat di
bagian punggung, bokong walaupun biasanya terlihat pada bagian tubuh lain.
Warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis. Bercak
mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan
Afrika, terkadang juga terjadi pada anak-anak dengan orang tua Mediteranian.
Bercak ini secara bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan bulan
atau tahun.
b) Etilogi
Bercak mongol adalah
bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya
melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses
migrasi dari Krista neuralis ke epidermis
Bercak ini akan hilang
dengan sendirinyapada tahun pertama dan kedua kehidupannya. Bidan harus dapat
memberikan konseling pada orang tua bahwa bercak mongol tersebut wajar dan akan
hilang sendiri tanpa pengobatan, sehingga orang tua tidak perlu khawatir
terhadap keadaan bayinya.
c) Tanda
dan Gejala
Tanda lahir ini
biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman. Terkadang
bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian punggung
bawah dan bokong, tetapi sering juga di temukan pada kaki, punggung, pinggang,
dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran yang bervariasi, dari sebesar
peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak dapat memiliki satu atau
beberapa bercak mongol. Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
a. Luka
seperti pewarnaan
b. Daerah
pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
c. Area
datar dengan bentuk yang tidak teratur
d. Bercak
yang akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun
e. Tidak
ada komplikasi yang di timbulkan
d) Penatalaksanaan
Bercak mongol biasa
menghilang di tahun pertama, atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Namun, bercak mongol multiple yang tersebar luas,
terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan menghilang dan akan
menetap hingga dewasa. Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini mulai
pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun.
Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan oleh seorang bidan dalam hal ini adalah memberikan konseling
pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan bintik
mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan
bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus
sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.
2.
Hemangioma
a)
Defenisi
Hemangioma
diambil dari bahasa latin Haema yang berarti darah, Angeio berarti pembuluh dan Oma yang berarti
pelebaran atau benjolan yang bersifat jinak. Jadi hemangioma adalah suatu tumor
jaringan lunak atau tumor vaskular jinak yang disebabkan oleh poliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat
terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Pada saat kemunculannya terlihat
benjolan berwarna merah seperti tanda lahir dengan diameter 1-4cm,biasanya akan
kelihatan setelah 1 minggu sampai 4 minggu setelah lahir, bahkan terkadang 1
sampai 2 bulan setelah lahir. Hemangioma bukanlah suatu penyakit yang ganas
karena umumnya dapat hilang dengan sendirinya.
b)
Pembagian
1)
Nevus flammeus
Daerah kapiler yang
tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah, berwarna merah ungu,
dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
2) Nevus
Vaskulosus
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar
pada kulit yang tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan
menghilang dengan sendirinya.
c) Penatalaksanaan
Berikan
konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada
bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak perlu khawatir dalam menghadapi
kejadian ini.
3.
Ikterus
a)
Defenisi
Ikterus adalah
perubahan warna kulit atau sclera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning
karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi baru lahir
dapat terjadi pada 25%-50% bayi baru
lahir cukup bulan, dan terjadi pada 24 jam pertama. Yang sangat berbahaya dari Ikterus
ialah keadaan yang disebut “Kernikterus” yaitu suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak, gejalanya antara lain mata yang
berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, kejang, tuli. Cara
melihat Ikterus pada bayi baru lahir agak sulit apa lagi dengan cahaya buatan,
sebaiknya pengamatan dilakukan di bawah sinar matahari dengan cara menekan
sedikit kulit yang akan diamati, jika warna kulit tetap kuning kemungkinan bayi
mengalami Ikterus dan kadar bilirubinnya tinggi. Jika terjadi demikian maka
bayi harus dibawah ke RS untuk menjalani terapi pemberian
Albumin,fototerapi(terapi sinar), atau transfusi tukar pada kasus yang berat.
b) Pembagian
1) Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal
yang dialami oleh bayi baru lahir. Ikterus fisiologis memiliki tanda-tanda
berikut :
a. Timbul
pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
b. Kadar
birlirubin indirect tidak lebih dari
10 mg% pada neonates cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
c. Kecepatan
peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
d. Kadar
bilirubin direct tidak lebih dari 1
mg%
e. Ikterus
menghilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak
terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologi
2) Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala sebagai
berikut :
a.
Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar
bilirubin > 10 mg% pada neonates cukup bulan atau > 12,5 mg% pada
neonates kurang bulan.
c. Peningkatan
bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d. Ikterus
menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar
bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
f. Mempunyai
hubungan dengan proses hemolitik.
c) Etiologi
Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ikterus :
1. Prahepatik
(ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karena produksi
bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus
hemolitik), penyebabnya antara lain : infeksi, kelainan sel darah merah, toksin
dari luar maupun dari dalam tubuh.
2. Pascahepatik
(obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu
yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan
masuk kedalam aliran darah, sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam
urine. Sebagian lainnya tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera
berwarna kuning kehijauan serta gatal. Obstruksi empedu ini menyebabkan
ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan
berwarna keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3. Hepatoseluler
(ikterus hepatic)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel
hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan menggangu
proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubbin direct meningkat dalam aliran darah.
d) Gambaran
Klinis
Gambaran klinis yang
paling nyata terlihat pada perubahan warna kulit dan sclera yang menjadai
kuning.
e) Penatalaksanaan
1) Ikterus
fisiologis.
a. Lakukan
perawatan seperti bayi baru lahir normal.
b. Lakukan
perawatan bayi sehari-hari seperti :
·
Memandikan
·
Melakukan perawatan tali pusat
·
Membersihkan jalan napas
·
Jemur bayi dibawah sinar matahari pagi,
kurang lebih 30 menit.
c. Ajarkan
ibu cara :
·
Memandikan bayi
·
Melakukan perawatan tali pusat
·
Menjaga agar bayi tidak hipotermi
·
Menjemur bayi
d. Jelaskan
pentingnya hal-hal seperti :
·
Memberikan ASI sedini dan sesering
mungkin
·
menjemur bayi dibawah sinar matahari
pagi dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi telentang,
dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap
·
memberikan asupan makanan bergizi tinggi
bagi ibu
·
menganjurkan ibu dan pasangan untuk
ber-KB sesegera mungkin
·
menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu.
e. Apabila
tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna putih keabu-abuan dan
liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membaya bayinya ke puskesmas.
f. Anjurkan
ibu untuk control setelah 2 hari.
f) Komplikasi
Kern
ikterus
(ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi
(>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah)
disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar,letargi, kejang, tak
mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis,
serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi
mental di kemudian hari
4.
Muntah
a)
Defenisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar
atau seluruh isi lambung setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai
kontraksi lambung dan abdomen.
b) Etiologi
Muntah dapat disebabkan oleh berbagai
hal seperti berikut ini ;
a. Kelainan
congenital.
Pada saluran pencernaan , iritasi
lambung, atresia esophagus, hirscprung, tekanan intracranial yang tinggi.
b. Infeksi
pada saluran pencernaan
c. Cara
pemberian makan yang salah
d. Keracunan
c) Komplikasi
Komplikasi terjadinya
muntah adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi
b. Ketosis
karena tidak makan dan minum
c. Asidosis
yang disebabkan adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan
sampai kejang
d. Ketegangan
otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture esophagus,aspirasi.
d) Patofisiologi
Muntah terjadi ketika
anak/bayi menyemprotkan isi lambungnya keluar, terjadi pada minggu-minggu
pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan
dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medulla oblongata.
e) Sifat
muntah
a. Keluar
cairan terus menerus
b. Muntah
proyektil, disebabkan oleh stenosis pylorus
c. Muntah
hijau kekuningan akibat obstruksi ampula vateri
d. Muntah
segera setelah lahir dan menetap, karena adanya obstruksi usus atau peninggian
tekanan intracranial.
f) Penatalaksanaan
1. Kaji
factor penyebab dan sifat muntah
2. Berikan
pengobatan berdasarkan penyebab
3. Ciptakan
suasana tenang
4. Perlakukan
bayi dengan baik dan hati-hati
5. Berikan
diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
6. Berikan
antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis
7. Rujuk
segera
5.
Gumoh
a)
Defenisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian
kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan di cerna dalam lambung.
Biasanya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Muntah susu
adalah hal yang agak umum terutama pada bayi yang mendapat ASI. Gumoh tidak
akan meyebabkan perubahan berat badan secara signifikan.
b) Etiologi
Penyebab terjadinya
gumoh adalah :
1. Bayi
sudah merasa kenyang
2. Posisi
salah saat menyusui
3. Posisi
botol yang salah
4. Tergesa-gesa
saat pemberian susu
5. Kegagalan
dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
c) Patofisiologi
Pada keadaan gumoh,
biasanya lambung sudah terisi penuh sehingga terkadang gumoh bercampur dengan
air liur yang mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut
bibir. Hal tersebut disebabkan karena katub diujung lambung tak bias bekerja
dengan baik. Otot tersebut harusnya mendorong isi lambung kebawah. Kebanyakan
gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya.
d) Penatalaksanaan
1. Perbaiki
teknik menyusui
2. Perhatikan
posisi botol pada saat pemberian susu
3. Sendawakan
bayi setelah disusui
4.
Lakukan teknik menyusui yang benar
5.
Oral trush
a)
Defenisi
Oral
trush adalah terjadinya infeksi jamur Candidiasis pada
membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak
keputihan membentuk plak-plak berkeping di mulut, ulkus dangkal, demam, dan
adanya iritasi gastrointestinal.
b) Etiologi
Oral
trush terjadi karena infeksi jamur Candida Albicans yang merupakan organism penghuni kulit dan mukosa
mulut, vagina, dan saluran cerna.
c) Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala ialah : Lesi di sekitar
mulut dan lidah berwarna putih berbentuk plak seperti bekas susu yang susah
dihilangkan, suhu badan meninggi hingga 40 ⁰C, mengeluarkan air liur lebih dari
biasa, rewel, tak mau makan atau minum
susu, gelisah.
d) Penatalaksanaan
Oral
trush umumnya sembuh dengan sendirinya, namun dapat juga
ditangani dengan cara sebagai berikut :
a. Bedakan
oral trush dengan bekas susu dimulut
b. Bila
infeksi berasal dari ibu, segera obati ibu
c. Jaga
kebersihan mulut
d. Bersihkan
botol susu dengan cara yang steril
e. Berikan
terapi pada bayi :
·
1 ml larutan Nystatin 100.000 unit
diberikan 4 kali sehari dengan interval setiap 6 jam
·
Gentian violet 3 kali sehari
6.
Diaper rash (Ruam Popok)
a)
Defenisi
Diaper
rash
atau sering disebut Ruam popok ialah kemerahan pada kulit bayi yang terjadi di
bagian pantat atau pinggang bayi akibat kontak terus menerus denagn lingkungan
yang tidak baik.
b) Etiologi
1. Tidak
terjaganya kebersihan kulit pada pakaian bayi.
2. Jarangnya
mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.
3. Terlalu
panas atau lembabnya udara/suhu lingkungan.
4. Tingginya
frekuensi BAB (diare).
5. Adanya
reaksi kontak terhadap karet, plastic dan detergen.
c) Tanda
dan Gejala
1. Iritasi
pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga muncul eritema
2. Erupsi
pada daerah kontak yang menonjol, sepeerti bokong, alat genital, perut bawah,
atau paha atas.
3. Dapat
terjadi papilla eritematosa, vesikula, dan ulserasi
d) Penatalaksanaan
1. Daerah
ruam, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering.
2. Bersihkan
kulit yang iritasi dengan kapas halus yang mengandung minyak.
3. Bersihkan
dan keringkan bayi segera setelah BAK atau BAB.
4. Atur
posisi tidur anak agar tidak menekan kulit.
5. Berikan
makanan tinggi kalori dan protein.
6. Perhatikan
kebersihan kulit dan tubuh.
7. Jaga
kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.
8. Rendam
pakaian yang terkena urine kedalam air yang dicampur acidum borium.
7. sebhorea
a) Defenisi
Sebhorea
juga biasa disebut ketombe pada bayi adalah peradangan pada kulit bagian atas
yang menyebabkan timbulnya sisik padakulit kepala, wajah dan bagian tubuh
lainnya.
b) Etiologi
Penyebabnya
belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan beberapa
factor penyebab seborrhea yaitu :
1. Faktor
keturunan
2. Intake
makanan yang tinggi lemak dan kalori
3. Asupan
minuman beralkohol
4. Adanya
gangguan emosi.
c) Penatalaksanaan
Dapat ditangani dengan obat-obat
topical, seperti sampo yang tidak berbusa dan krim selenium
sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
8. Furunkel
a) Defenisi
Furunkel
(boil atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut, kulit, dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan, dan
tungkai. Furunkel yang terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut
sebagai furunkulosis.
b) Etiologi
Furunkel
disebabkan oleh :
1. Iritasi
pada kulit.
2. Kebersihan
kulit yang kurang terjaga.
3. Daya
tahan tubuh yang rendah.
4. Infeksi
oleh Staphylococcus Aureus.
c)
Patofisiologi
Infeksi dimulai dari
peradangan pada folikel rambut di kulit(folikullitis) yang menyebar pada
jaringan sekitarnya. Radang pus atau nanah yang dekat sekali dengan kulit
disebut pustule. Pustula ini menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis, sehingga
pus didalamnya dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya
(furunkel) sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam.
d) Tanda
dan Gejala
Gejala
yang sering muncul adalah :
1. Nyeri
pada daerah ruam.
2. Ruam
pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk kerucut dan memiliki
pustule.
3. Nodul
dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik yang dapat
pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus minorus resistensiae.
4. Setelah
seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang
dengan sendirinya.
e) Penatalaksanaan
Asuhan yang biasanya
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Jaga
kebersihan daerah yangb mengalami furunkel.
2. Berikan
obat topical dan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan nodul.
3. Jangan
memijat furunkel.
4. Bila
furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, bawa ke dokter untuk di insisi.
5. Jika
memungkinkan untuk membuka furunkel,maka lakukanlah dengan cara berikut ini ;
a. Berikan
informed consent
b. Minta
seseorang untuk memegangi anak.
c. Gunakan
pisau bedah steril, insisi, kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bukalah
penjepitnya untuk membuka jalan keluar bagi pus.
d. Berikan
analgesic
e. Tutup
luka dengan kasa kering.
f. Bersihkan
alat-alat
g. Ingatkan
keluarga untuk mengganti perban secara periodik.
6. Terapi
antibiotik dan antiseptik diberikan berdasarkan luas dan beratnya penyakit.
Misalnya Achromycin 250 mg 3 atau 4 kali per hari.
7. Bila
terjadi secara menetap dan periodik, perhatikan adanya factor diabetes
mellitus.
9. Milliariasis
a) Defenisi
Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet, atau prickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
b) Etiologi
Penyebab Milliariasis adalah udara panas
dan lembap serta adanya infeksi bakteri.
c) Patofisiologi
Diawali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat, sehingga pengeluaran ketingat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara
kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan udema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum
korneum. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan menghilang dengan sendirinya
3-4 minggu kemudian.
d) Pembagian
serta Tanda dan Gejala
Ada
dua tipe Milliaris yaitu :
1. Milliaris
Kristalina.
Timbul pada pasien yang mengalami
peningkatan jumlah keringat. Lesinya berupa vesikel yang sangat superficial,
bentuknya kecil berupa titik embun berukuran 1-2 mm. Vesikel mudah pecah akibat
trauma ringan seperti gesekan. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa
reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Dapat sembuh dengan
sendirinya.
2. Milliaria
Rubra
Berupa papula vesikel dan eritema
disekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis. Biasanya disertai rasa gatal
dan pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering diikuti infeksi
sekunder dan dapat juga terjadi impetigo dan furunkel.
e) Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan
umumnya sebagai berikut :
1. Prinsip
asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
sudah timbul.
2. Jaga
kebersihan tubuh bayi
3. Usahakan
untuk menciptakan suasana yang sejuk dan kering
4. Gunakan
pakaian menyerap keringat dan tidak tipis.
5. Segera
ganti pakaian yang basah dan kotor.
6. Pada
milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol
0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
10. Diare
a) Defenisi
Diare adalah ppengeluaran feses yang
tidak normal dan cair. Bayi dinyatakan diare bila sudah > 3 kali BAB,
sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah > 4 kali BAB.
b) Etiologi
Diare dapat disebabkan
oleh beberapa factor, antara lain :
1. Infeksi
a. Infeksi
Enteral
Infeksi yang terjadi dalam saluran
pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral
meliputi :
·
Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli,
Salmonella, Aeromonas, Dll.
·
Infeksi virus : Enterovirus, seperti
virus ECHO, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, dll.
·
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyrus,dll), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Trichomonas hominis), serta jamur (Candida albycans).
b. Infeksi
Parenteral
Yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, misalnya Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, encephalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi.
a. Karbohidrat
: intoleransi laktosa
b. Lemak
c. Protein
3. Makanan
: makanan basi, beracun
4. Psikologis
: rasa takut atau cemas.
c) Patogenesis
Mekanisme
dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut :
1. Gangguan
Osmotik.
Akibat
adanya makanana atau zat yang tidak diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2. Gangguan
Sekresi.
Akibat
rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus,
sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah
diare.
3. Gangguan
motilitas usus.
Hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare.
d) Patogenesis
Diare akut
1. Masuknya
jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
2. Jasad
renik tersebut akan berkembang biak di dalam usus halus
3. Dari
jasad renik tersebut akan keluar toksin( toksin diaregenik)
4. Toksin
ini akan menyebabkan hipersekresi dan selanjutnya akan menyebabkan diare.
e) Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala anak yang mengalami diare :
1. Cengeng,
rewel.
2. Gelisah
3. Suhu
meningkat
4. Nafsu
makan menurun
5. Feses
cair dan berlendir, kadang disertai darah
6. Anus
lecet
7. Dehidrasi
8. Berat
badan menurun
9. Turgor
kulit menurun
10. Mata
dan ubun-ubun cekung
11. Selaput
lender serta kulit menjadi kering.
f) Komplikasi
1. Dehidrasi
akibat kekurangan cairan dan elektrolit
a. Dehidrasi
ringan, Kehilangan cairan < 5% BB.
b. Dehidrasi
sedang, kehilangan cairan 5-10% BB.
c. Dehidrasi
berat, kehilangan cairan > 10-15% BB.
2. Renjatan
hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah
mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi
laktosa sekunder karena kerusakan vili mukosa usus.
6. Kejang
7. Malnutrisi
energy protein
g) Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut :
1. Pemberian
cairan
2. Diatetik
(pemberian makanan)
3. Obat-obatan
a. Jumlah
cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam,
jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam
pertama dan sisanya adlibitum.
b. Sesuaikan
dengan umur anak :
·
< 2 tahun diberikan ½ gelas,
·
2-6 tahun diberikan 1 gelas
·
> 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
c. Bila
dehidrasi ringan, berikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari setiap 2 jam
d. Berikan
Oralit sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai
berat.
4. Teruskan
pemberian ASIkarena bias membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.
11.Obstipasi
a) Defenisi
Obstipasi
adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna. Atau tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau
lebih.
b) Etiologi
Obstipasi pada anak
dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Kebiasaan
makan
2. Hipotiroidisme
3. Keadaan-
keadaan mental
4. Penyakit
organic
5. Kelainan
congenital
6. Penyakit
lain
c) Tanda
dan Gejala
1. Pada
neonates jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika
tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2. Sakit
dan kejang pada perut.
3. Pada
pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot.
4. Feses
besar dan tidak bias digerakkan dalam rectum.
5. Bising
usus yang janggal.
6. Merasa
tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.
7. Teerdapat
luka pada anus.
d)
Penatalaksannaan
1.
Mencari
penyebab onstipasi
2.
Menegakkan
kembali kebisaan defekasi yang normal dengan memerhatikan gizi, tambahan cairan
dan kondisi psikis
3.
Pengososngan
rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan seelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi.pengososngan rektum bisa dilakukan dengan disam
paksidigital, enema minyak saitun
12.
infeksi
a)
defenisi
infeksi farinetal adalah infeksipada neonatus yang
terjadi pada masa antenatal,intranatal,postnatal
b)
etilogi
infeksi parinetal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri
eschericia coli,pseodomonas pyocyneus,kebsielia,staphyococcus aureus, dan
Coccus gonococcus.
1.
Infeksi
antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman
masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melalui plasenta
dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus
2.Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme
masuk dari vagina, lalu naik dan kemudianmasuk ke dalam rongga amnion, biasanya
setelah selaput ketuban pecah
3.Infeksi postnatal
Infeksi pada periode post natal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak
steril,tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi
silang, misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis, dan lain-lain.
c)
Tanda
dan Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang
mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut:
1)
Bayi
malas minum
2)
Gelisah
dan mungkin juga terjadi letargi
3)
Frekuensi
pernapasan meningkat
4)
Berat
badan menurung
5)
Pergerakan
kurang
6)
Muntah
7)
Diare
8)
Udema
9)
Perdarahan,
ikterus, dan kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dengan hipetermi
d)
Penatalaksanaan
1)
Berikan
posisi semi fowler
2)
Appabila
suhu tinggilakukan kompres dingin
3)
Berikan
ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
4)
Apabila
bayi muntah, lakukan perwatn muntah yaitu posisi tidur miring kekanan atau
kekiri
5)
Apabila
ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
6)
Rujuk
segera kerumah sakit,lakukan informrd consent pada keluarga
13.
Sindrom
kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome)
a)
Defenisi
Sindrom kematian mati mendadak terjadi pada bayi yang
sehat saat di tidurkan tiba-tiba di temukan meninggal beberapa jam kemudian
SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS
pada bayi usia 2 minggu sampai 1 tahun.
b)
Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum di ketahui namun beberapa
ahli telah melakukan penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab penyakit
SIDS sebagai berikut.
1.
Ibu
yang masih remaja
2.
Bayi
dengan jarak kehamilan yang dekat
3.
Bayi
laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4.
Bayi
yang mengalami displasia bronkuhulmuner
5.
Bayi
prematur
6.
Gamelli
(bayi kembar)
7.
Bayi
dengan virus pernapasan
c)
Penatalaksanaan
1)
Bantu
orang tua mengaturjadwal untuk dilakukan konseling
2)
Berikan
dukungan dabn dorongan kepadaa orang tua,ajak orang tua mengungkapkan rasa
dukungannya
3)
Berikan
penjelasan mengenai SIDS ,berikan kesempatan
pada orang tua untuk mengajukan pertannyaan
4)
Beri
pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar
5)
Beri
keyakinan pada sibling( jika ada) bahwa
mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut,bahkan jika merka
sebenarnya juga mengharapka kematian bayi tersebut
6)
Jika
kemudian ibu melhirkan kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama, paling tidak sampai meewati usia bayi yang meninngal sebelumnya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
kondisi-kondisi yang menjadikan
neonates beresiko tinggi :
1. Asfiksia
Neonatorum
2. Perdarahan
Tali Pusat
3. Kejang
Neonatus
Kegawatdaruratan dapat terjadi dengan tiba-tiba,
dimana saja, dan kapan saja. Sebagai contoh kondisi bayi yang tiba-tiba menjadi
lemas, tidak bernapas, menangis melengking, suhunya berubah menjadi panas atau
dingin, tidak mau minum, mulut mencucu, kejang, terjatuh atau terluka, tersedak
dan lain-lain.
Asuhan kebidanan pada neonatus bayi dan balita dengan
masalah yang lazim terjadinya diantaranya:
1.
Bercak
mongol
2.
Hemongioma
3.
Ikterus
4.
Muntah
5.
Oral
trush
6.
Diaper
rash
7.
Seborrhea
8.
Furunkel
9.
Milliariasis
10. Diare
11. Obstipasi
B.
Saran
Keadaan neonatus yang rentang
dengan penyakit patut menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
agar dapat memberikab asuhan neonatus yang tepat dan mampu mengatasi masalah
potensial yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta:
Salemba Medika
Wahyuni, sari SST.2009.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta: EGC
Wildan,Moh,A.Alimul Hidayat,Aziz.2008.Dokumentasi
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar